Ibn Athailah menuliskan kalimat-kalimat ini di dalam kitabnya al-Hikam:

[aswaja_arabic display=”block”]ربما فتح لك باب الطاعة وما فتح لك باب القبول وربما قضى عليك بالذنب فكان سبباً في الوصول[/aswaja_arabic]

[aswaja_translation display=”block”]Terkadang Dia membukakan untukmu pintu taat, tapi Dia tidak membukakanmu pintu penerimaan, dan terkadang Dia menetapkan dosa atasmu, kemudian hal itu menjadi sebab sampainya dirimu kepada-Nya” [/aswaja_translation]

Yang sudah taat tidak boleh sombong karena ketaatan belum bermakna tanpa penerimaanNya. Ketaatan adalah kewajiban hamba, sedangkan diterima atau tidaknya amal kita adalah hak prerogratif Allah. Pada saat yang sama, yang bergumul dengan dosa, jangan pernah putus asa, karena setiap tetes air mata penyesalan adalah cara Allah memanggil kita kembali ke jalanNya. Boleh jadi perbuatan dosa yang kita lakukan adalah jalan bagi kita menemukan kembali kasih sayang dan ampunanNya.

Itulah sebabnya Ibn Athailah melanjutkan dengan bait berikutnya:

[aswaja_arabic display=”block”]فمعصية أورثت ذلا و افتقارا خير من طاعة أورثت عزا واستكبارا [/aswaja_arabic]

[aswaja_translation]”Kemaksiatan yang melahirkan sikap hina dina di hadapan Allah itu lebih baik ketimbang ketaatan kepada Allah yang melahirkan sikap merasa mulia dan sombong.”[/aswaja_translation]

Selalu ada cara bagi Allah membuat hati ini meleleh karena terus menerus kita berharap terbukanya pintu penerimaan sekaligus pintu pertobatan.

Allah…Allah…Allah

Ku seru asma-Mu di hari Jum’at yang berkah ini.