Mencermati perkembangan terakhir, kami berpandangan tidaklah bijak mengambil posisi netral di Pilpres 2019. Tanggung jawab moral membuat kami memutuskan untuk:
1. Tidak mungkin kami berada satu barisan bersama mereka yang selama ini selalu membid’ahkan amalan Aswaja dan mencaci para ulama pesantren, serta membawa ideologi yang akan merusak NKRI.
2. Sulit rasanya kami berada di barisan mereka yang didukung oleh keluarga Cendana dan kekuatan Orde Baru, yang mengatasnamakan pembela Islam tapi memilih Capres/Cawapres yang tidak punya tradisi & rekam jejak keilmuan Islam.
3. Sukar terjadi kami sebarisan dengan mereka para penebar hoaks dan ujaran kebencian, serta pelanggar hak asasi manusia, yang Capres/Cawapresnya berasal dari 1% kaum elit di negeri ini, dan programnya hampir tidak menyentuh rakyat kebanyakan.
4. Mustahil rasanya kami mengabaikan petuah para ulama seperti Mbah Maemun Zubair (Sarang), Kiai Anwar Manshur (Lirboyo), Kiai Zainuddin Jazuli (Ploso), Kiai Nawawi A Jalil (Sidogiri), Kiai Adib (Buntet), Habib Luthfi bin Yahya (Pekalongan), dan para masyayikh lainnya.
5. Maka kami mantap dan tegas memilih berada di barisan 01 Jokowi-Kiai Ma’ruf Amin demi masa depan Indonesia yang lebih maju, dalam naungan Pancasila dan UUD 1945, di bawah bimbingan para ulama dan tokoh bangsa, yang kukuh menjaga Bhinneka Tunggal Ika.
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Cendekiawan Muslim & Penulis Buku
“Islam Yes, Khilafah No!”