You are here:

Mendesign Konferensi yang Keren

24 pakar dari tiga kontinen: Amerika-Kanada, Eropa dan Australia berkumpul selama 3 hari di Monash Centre di kota Prato, Italia.

Kebetulan Monash University memang memiliki Centre di sini sehingga mahasiswa Monash bisa ikut summer program atau para dosen bisa menggelar konferensi di kota yg hanya 20 menit naik kereta dari Florence dan satu jam setengah dari Roma.

Saya mendesign konferensi yg melibatkan 3 topik: teknologi, hukum dan agama. Uniknya di sela-sela konferensi para peserta diajak menelusuri sejarah kota Florence dari abad pertama sampai abad 21 ini dengan langsung memutari kota dengan presentasi dari Prof Giovan Francesco Lanzara. Dilanjutkan dengan mengunjungi gereja dan monastery di San Marco (semacam pesantren kuno) dg presentasi dari Dr Flavia Marcello. Jadi kedua presentasi bukan cuma di ruang seminar tapi juga langsung dilakukan di lokasi.

Konferensi yang lintas disiplin ilmu ini semakin seru dengan lontaran pemikiran yang berbeda tapi saling melengkapi. Bagaimana soal Fatwa di dunia maya dikomentari dari sudut Foucaltian, atau soal impact dari teknologi terhadap agama dan hukum diberi masukan dari pendekatan fenomenologi. Bagaimana menganalisa lukisan klasik tentang Siti Maryam yang didatangi Malaikat Jibril abad pertengahan dibahas dari sudut sejarah, agama, budaya dan teknologi. Walhasil ke-24 pakar dipaksa untuk berpikir out of box. Selalu ada hal yang tidak kami ketahui, dan selalu ada hal menarik yang bisa kita kaji bersama.

Satu lagi, saya menemukan restauran makanan halal baik yang dijual di kota Bologna, Florence maupun Prato. Komunitas Islam yang hanya 1,4 persen di Italia ternyata bukan hanya bisa menikmati nonton bola tapi juga bisa menjalankan ibadah. Dan restauran orang Islam tetap buka sepanjang hari di bulan suci Ramadan. Kalau mereka dipaksa tutup kasihanlah kepada para musafir seperti diriku ini yang akan kesulitan mencari makanan halal.

Besok selepas konferensi saya mau ziarah ke Vatikan di Roma. Siapa tahu bisa selfie bareng Paus Fransiskus yang ramah dan bersahaja itu.

Tabik,

Nadirsyah Hosen