Ada berapa warna dalam Islam? Ada yg menjawab cuma hitam. Lihatlah pakaian perempuan yg membungkus rapat Muslimah di Saudi Arabia: Hitam. Lihatlah kiswah ka’bah: hitam. Hajar aswad: hitam.
Islam itu hitam. Begitu kata pengamat asing. Tapi bukankah lelaki bergamis putih? Bersurban putih-merah ala raja Salman atau putih-hitam ala Yaser Arafat. Jadi mana yang benar?
Tak bolehkah ada warna lain? Nanti dulu bukankah ada pula warna hijau? Bukankah di surga kelak kita akan mengenakan pakaian hijau sesuai info yang disampaikan al-Qur’an? (Lihat misalnya al-Kahfi:31)
Lalu bagaimana dengan warna kesenangan Rasulullah SAW?
Abu Dawud mencantunkam dalam Sunan-nya bahwa Nabi mengenakan kain berwarna hijau. Riwayat Tabarani dari Anas mengatakan Rasul paling suka warna hijau.
Jadi hijau adalah ciri warna Islam?
Tapi riwayat dari Sahih Muslim menyebutkan sabda Nabi: “kelak Dajjal diikuti Yahudi Isfahan sebanyak 70 ribu, mereka memakai syal warna hijau”
Nah, lho!
Bagaimana dengan warna kuning?
Riwayat Abu Dawud menceritakan bahwa Rasul mewarnai janggutnya dengan warna kuning (kunyit). Riwayat imam an-Nasa’i mengabarkan Rasul mencelup baju dan surban beliau warna ini dan tidak ada pewarna lain yang beliau sukai selain warna kuning ini. Tapi di riwayat lain disebutkan Rasul tidak suka lelaki memakai pakaian kuning dan juga merah. Mana yang benar? Wa Allahu a’lam.
Dalam riwayat lain (Abu Dawud, Ibn Majah dan Tirmidzi) disebutkan Nabi senang warna putih. Baik Imam Ghazali, dalam kitab Ihya, maupun Imam Ibn Abidin dalam kitab Radd al-Muhtar menyebutkan pula hal yang sama: Rasul senang warna putih. Kita tahu keduanya berbeda mazhab: yang disebut pertama bermazhabkan Syafi’i dan nama yang disebut terakhir berasal dari mazhab Hanafi. Ibn Qayyim, yang bermazhab Hanbali, juga akur: favorit Rasul adalah warna putih.
Rasul pernah berkhutbah dengan memakai surban hijau, hitam, bahkan ada juga riwayat yang bilang merah.
Yang jelas riwayat yang berbeda di atas menunjukkan bahwa Rasul tidak segan memakai warna pakaian yang ada yang diterima oleh tradisi masyarakat saat itu. Beliau tidak mengenakan warna maupun jenis pakaian yang bertolak belakang dengan kondisi saat itu.
Jadi apa warna Islam? Jawabannya warna-warni.
Perhatikanlah foto ini. Bagaimana payung yang warna-warni dikembangkan di depan Ka’bah yang tertutup kiswah hitam. Andaikata kita bisa menikmati keindahan perbedaan warna ini tentu kita akan bisa memaknai pula satu hal penting: persatuan dan kesatuan itu bukan dengan cara memaksa orang untuk sama seragam. Ukhuwah juga bisa dicapai lewat keberagaman.
Lihatlah, persatuan dalam keragaman itu indah. Semua warna bergerak kompak memutari Ka’bah. Inilah Islam!
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia – New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School