1. Tiba-tiba ada suara ketus memintaku bergeser dari kursiku. Aku kaget juga karena di sela-sela meja dan kursi masih ada ruang yang cukup.
2. Aku menoleh singkat dan kulihat wajah masam seorang ibu berjilbab. Sambil senyum aku geser tubuhku. Lantas ibu itu berjalan di sela meja.
3. Saat dia melintas aku baru mulai paham mengapa dia marah tadi. Rupanya tubuhnya, maaf, amat gemuk dan kesulitan berjalan di sela meja dan kursi.
4. Aku mendapat pelajaran penting. Pertama, meski jengkel kita gak boleh reaktif. Cukup hadapi dengan senyuman dan biarkan itu berlalu.
5. Pelajaran kedua, seringkali orang marah dan ketus bukan karena kesalahan kita tapi karena masalah yg dia hadapi. Jadi jangan cepat masukin ke hati.
6. Banyak orang yang punya masalah dalam hidupnya kemudian menyalahkan keadaan dan orang lain. Kalau kita tanggapi makin ancur jadinya.
7. Coba deh resep ini dipakai di medsos. Banyak kan yg marah2 melulu ke orang lain. Jangan-jangan hidup mereka yang bermasalah. Ini bukan tentang kita, tapi mereka sendiri.
8. Saya punya kawan yang pengen banget sekolah ke LN. Sayang gagal terus. Akhirnya dia selalu memaki lulusan LN dg tuduhan yang aneh-aneh.
9. Atau sebaliknya ada yang pengen banget dianggap ahli agama. Walhasil setiap tokoh yang beda pemahaman akan dia maki-maki dan cari-cari kesalahannya.
10. Ada lagi yang pengen banget tokoh yg dikaguminya jadi Presiden tapi gagal terus. Akhirnya presiden yang sekarang terus dia maki-maki dan cari jeleknya #ehh 😁
11. Balik ke ibu tadi. Bisa kan dengan sopan dia minta saya bergeser. Tapi dia mungkin anggap orang lain tidak paham masalah dia dan hanya dengan marah dan bermuka masam orang akan kasih atensi.
12. Maka cukup kita hadapi dengan senyuman dan geser spt yang dia minta. Kalau perlu diam-diam doakan dia. Atau sekalian traktir dia aja hehheh
13. Jadi gak usah masukin ke hati? | Gak usahlah. Kan di hatiku cuma ada kamu say #uhuyyy 😁
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Monash Law School