Nama Wali Ashif memang tidak terdapat dalam Qur’an. Tetapi, konon, sejumlah sufi mengenal beliau bahkan mengamalkan wiridan yang diamalkan Wali Ashif.
Siapa dia sebenarnya? Wali Ashif hidup pada masa Nabi Sulaiman. Dalam surat an-Naml (QS 27: 38-40) diceritakan bagaimana Nabi Sulaiman meminta para pembesar kerajaannya memindahkan singgasana Ratu Bilqis. Jin Ifrit menjawab, “Aku akan datangkan kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”.
Ucapan Ifrit itu ditimpali oleh seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip!” Nabi Sulaiman berkedip, dan singgasana Bilqis sudah berada dihadapannya. Lalu siapa dia yang disifatkan al-Qur’an dengan “seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab”.
Literatur sufi menyebut orang tersebut bernama Wali Ashif. Sufi yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud itu sebenarnya adalah malaikat. Entahlah siapa dia sebenarnya. Yang jelas dia memiliki ilmu dari al-Kitab. Yang pasti dia memiliki kemampuan melebihi jin ifrit. Mari kita pelajari al-Kitab yang diturunkan Allah, mari kita raih cahaya al-Kitab itu. Jika kita mampu menguasai ilmu dari Kitab Suci maka kemampuan gaib kita melebihi kemampuan jin ifrit.
Sayang, kita tidak mau mendalami al-Kitab yang Allah turunkan kepada kita sebagai “petunjuk bagi orang yang bertakwa”. Kita lebih suka bermain-main dengan jin. Kita lebih suka meminta tolong kepada jin. Ah…betapa jauh kita dari tuntunan Allah. Kisah Wali Ashif seharusnya menyadarkan kita bahwa kalau kita mau mendalami kitab suci, maka derajat kita akan naik dan kita sama sekali tak butuh pada bantuan jin.
Ya Ilahana, Ilaha kulli sya’i, ilahan wahidan La ilaha illa anta
(Wahai Tuhan kami, Tuhan segala sesuatu, Tuhan yang satu, Tidak ada tuhan kecuali Engkau)
Konon dengan do’a ini Wali Ashif mampu memindahkan singgasana Bilqis sebelum mata Nabi Sulaiman berkedip.
Armidale, 7 Mei 1998.