Memahami Hadits Khilafah Dan Imam Mahdi Dalam Perspektif Lintas Disiplin [II-Habis]
Setelah mengurai kedua hadits di atas dari sisi sanad, kita akan telusuri keduanya dari sudut matan dengan melihat kajian sejarah dan siyasah. Kenapa kajian teks hadits harus kita legkapi dengan kajian lintas disiplin? Kajian sanad semata membicarakan kualitas perawi dan ketersambungan di antara mereka, namun tidak mempersoalkan konteks sejarah politik Islam di mana riwayat-riwayat itu beredar.
Saya beberapa kali singgung dalam tulisan-tulisan sebelumnya, bagaimana terjadi politisasi ayat dan hadits dalam sejarah Islam. Termasuk ke dalamnya muncul riwayat-riwayat palsu yang mendukung para pihak yang bertikai di masa lalu. Kajian sanad yang kita lengkapi dengan memahami konteks matan hadits dengan bantuan ilmu sejarah dan fiqh siyasah akan semakin membuat kita terang benderang memahami riwayat-riwayat seputar politik.
Asumsi yang kita gunakan: semakin detail dan rinci riwayat yang bicara prediksi politik, semakin kita harus kritis bahwa riwayat tersebut diriwayatkan secara post-factum—untuk tidak mengatakan semua riwayat tersebut palsu.
Hadits pertama yang sanadnya sudah saya tunjukkan bermasalah itu bercerita mengenai konflik tiga orang putra khalifah. Siapakah mereka? Saya menggunakan asumsi bahwa riwayat ini sebenarnya bukan berkenaan dengan akhir zaman menjelang kiamat tapi sebenarnya muncul saat masa transisi Dinasti Umayyah yang mengalami konflik internal dan munculnya kekuatan baru dari luar, yaitu Dinasti Abbasiyah. Mari kita uji.
Simak bagian kedua (habis) dari artikel saya di sini
https://geotimes.co.id/kolom/politik/memahami-hadits-khilafah-dan-imam-mahdi-dalam-perspektif-lintas-disiplin-ii-habis/
Tabik,
Nadirsyah Hosen