You are here:

Saya ditanya banyak kawan bagaimana bisa produktif menulis artikel di jurnal internasional dan buku yg diterbitkan penerbit luar negeri, sambil juga menulis buku dan artikel bhs Indonesia, plus berbagi kajian di medsos, pengajian dan juga di kampus.

Jawabannyaa….

Dulu saya suka bercanda jawabnya:

“Saya jg bingung, komputer saya buka, saya tulis satu baris, ta’ tinggal tidur, begitu bangun artikel sdh jadi. Entah “siapa” yang “nulis” hhehehe

😊

Tapi gara2 jawab “bercanda” gitu, malah banyak yg minta wiridnya biar bisa kayak gitu. Lha saya jadi garuk kepala saya yg gondrong ini (mana enak garuk kepala yg gundul lha yauwww hehehe)

Ya iyalah 😊

Gimana kalau skr saya jawab dg merujuk apa yg dilakukan para ulama jaman old biar sama2 kita ambil hikmahnya? Para ulama klasik itu produktif sekali, menulis ratusan kitab, dan sejumlah karya mereka sampai ribuan tahun masih dibaca oleh para pakar. Luar biasa!

Apa rahasianya?

Para ulama klasik itu selalu menjaga wudhu mereka saat membaca dan mengajar. Mereka jaga kesucian fisik dan ruhani. Ilmu itu cahaya. Hanya yg ‘bersih’ yg akan bisa menerima dan memantulkannya.

Para ulama juga menyucikan diri dg bersedekah sebelum memulai menulis kitabnya. Kemudian mereka juga shalat sunnah dua rakaat setiap habis selesai menulis satu bab/chapter dari rancangan naskah kitabnya.

Beruntunglah mereka yang menyucikan dirinya, menyebut nama Tuhannya, kemudian dia bersembahyang.

Qad aflaha man tazakka
Wa dzakarasma rabbihi fashalla.

🙏🙏🙏🙏

Tabik,

Nadirsyah Hosen