Sering kali saya diminta untuk memberikan nama untuk bayi yang baru lahir oleh sejumlah pihak –bahkan ada yang minta nama anaknya dimirip-miripkan dengan nama saya smile emoticon
Tapi pernah ada kejadian unik. Suatu saat saya berkunjung ke rumah kawan yang sudah punya dua anak perempuan. Kawan tersebut dengan gembira menyampaikan bahwa istrinya tengah hamil anak ketiga dan mereka sangat berharap mendapat anak lelaki. Lantas kawan tersebut bertanya kepada saya:
“Kalau anak saya lahir laki-laki, saya akan beri nama Adam Muhammad. Bagaimana? Bagus kan Pak?”
Belum sempat saya menjawab, istri kawan tersebut protes pada suaminya: “Yang lazim itu Muhammad Adam. Nama depannya itu Muhammad. Bukan begitu, Pak?” sambil menoleh ke saya.
Sekali lagi, sebelum sempat saya menjawab, sang suami langsung mendebat istrinya: “Lho, Nabi pertama itu Nabi Adam. Jadi Adam harus disebut lebih dulu. Nabi Muhammad kan Nabi terakhir, ya disebut belakangan. Jadi komplit nama anak kita, dari nama Nabi pertama sampai Nabi terakhir: Adam Muhammad.”
Sang Istri gak mau kalah: “Tapi Nabi Muhammad itu Nabi yang paling utama. Jadi, sewajarnya disebut di depan. Jadi, nama anak kita nanti Muhammad Adam.”
Melihat suasana yang tidak kondusif, saya segera memohon diri.
Beberapa bulan kemudian saya mendengar kabar istri kawan saya itu telah melahirkan. Dan anaknya yang ketiga alhamdulillah lahir dengan selamat…..perempuan lagi!
Tabik,
Nadirsyah Hosen