Di dunia Arab mereka berlomba membangun gedung termegah dan tertinggi di muka bumi. Lihatlah Abraj al-Bait (Makkah Tower) yang dibangun di depan Masjidil Haram dan menjadi bangunan tertinggi nomor 3 di dunia dan jam terbesar di dunia. Lihat pula Burj Khalifa di Dubai yang menjadi gedung tertinggi di dunia. Megah!
Di tanah air kita tidak mau kalah dengan bangunan mall dimana-mana maka berlomba-lomba masjid pun hendak kita bangun dengan megah. Contoh terakhir, Gubernur Sumatera Selatan sedang membangun Masjid Sriwijaya yang disebut-sebut akan menjadi masjid Termegah se-Asia. Gubernur Jawa Barat juga akan membangun masjid senilai 1 Triliun. Hebat!
Inikah peradaban Islam yang hendak kembali kita bangun? Melalui kemegahan pilar dan beton? Mengapa tidak kita bangun perpustakaan termegah dengan koleksi terlengkap, sarana olah raga untuk generasi muda sehingga mereka tidak hanya nongkrong di mall, atau taman-taman kota yang indah dan asri, atau fasilitas wifi gratis di setiap sudut kota sehingga saat macet pun kita tetap bisa produktif bekerja, atau membangun dan melengkapi fasilitas sekolah di pelosok negeri. Atau sediakan beasiswa untuk anak bangsa di sudut desa agar mereka bisa menjadi profesor kelas dunia.
Tapi harapan itu masih ada….
Seorang sahabat yang menyelesaikan PhD nya di Australia dan dosen filsafat di UGM memilh untuk membangun kembali peradaban Islam yang carut marut ini dengan menyediakan rumahnya untuk anak-anak TK. Dia tinggal di lantai dua, sementara lantai satu dan halaman belakang dijadikan Sekolah TK.
Nama sekolahnya RA AFKAARUNA Islamic School, beralamat di JL. Kaliurang Km 12,5 Dusun Pelem, Sleman, Yogyakarta. Samsul Maarif Mujiharto bersama istrinya punya gagasan besar untuk mencetak generasi Indonesia berbasis nilai-nilai Islam, kearifan lokal dan berdaya saing internasional. Dan mereka memilih untuk memulai gagasan besar itu lewat pendidikan TK. Saya tentu dengan senang hati meng-iya-kan ketika saya diminta menjadi Penasehat.
[aswaja_box color=”grey” fade_in=”false” float=”center” text_align=”left” width=””]Website: afkaarunapeduli.org[/aswaja_box]
Peradaban dibangun kembali lewat pendidikan sejak kecil. Saya pun sudah lama mengidamkan untuk bisa membuat Taman Bacaan untuk penduduk kampung. Gerakan membaca ini harus terus digelorakan ditengah kepungan sinetron dan medsos yang membuat anak-anak malas membaca. Pucuk dicita ulam tiba, seorang sahabat yang lain, Ahmad Mughni, lulusan s2 Australia dan s3 Inggris, membuat lembaga Bookstart Indonesia (website: bookstart dot or dot id). Agenda utama Bookstart Indonesia adalah memberikan buku berkualitas kepada anak usia bawah lima tahun (balita) secara cuma-cuma, sebagai pemicu bagi para orang tua agar menginsipirasi dan mengembangkan sikap dan kebiasaan cinta baca pada anak mereka. Metode penanaman cinta baca yang digunakan adalah orang tua membacakan buku cerita pada anak balitaya serta keteladanan cinta baca di lingkungan keluarga.
Dengan pendekatan ini sikap cinta baca akan melekat terus sepanjang hayat mereka dan menjadi bekal agar mereka menjadi manusia yang berbudi kelak. Bookstart Indondesia juga meyertakan buku panduan untuk orang tua dan pengajar anak agar mereka menyadari pentingnya membiasakan anak membaca, bersajak, dan bernanyi lagu anak, sejak bayi. Saya juga senang sekali diminta terlibat sebagai Dewan Penasehat.
Membaca usaha kawan-kawan di atas menyadarkan saya bahwa harapan untuk membangun kembali peradaban Islam lewat pendidikan dan bukan semata-mata lewat bangunan fisik masih berjalan. Masih banyak kawan-kawan yang dengan resources yang terbatas masih siap mengabdi pada umat. Mereka tidak mungkin berlomba membangun gedung mewah nan megah. Mereka fokus pada pengembangan sumber daya manusia lewat pendidikan usia dini.
Kita harapkan akan muncul kembali para raksasa ilmu sekelas al-Farabi, Ibn Sina, al-Razi dan Ibn Rusyd dari rahim umat di masa mendatang, yang memenuhi perintah pertama Allah di gua hira: Iqra (bacalah)! Membaca yang terbaca dan tak terbaca dengan senantiasa menyebut dan memuliakan nama Allah.
Tabik,
Nadirsyah Hosen