Bagaimana mungkin aku diminta berjalan menujuMu
sedangkan Engkau berbisik mesra:
“aku duduk bersama orang-orang yang menyebut namaKu”
(Ana jalisu man dzakarani)
Dan bagaimana mungkin aku hanya bisa duduk diam melantunkan zikir, sementara Engkau berjanji:
“Jika hambaKu berjalan menuju Aku, maka Aku akan berlari menyambutnya”
(wa in atani yamsi, ataytuhu harwalatan)
Cinta ini terus menjelma dalam duduk, diam, berjalan atau saat berlari menujuMu
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga sebagai Wakil Ketua Dewan Pengasuh Pesantren Takhasus IIQ Jakarta.