Pada siapa kita menaruh harap? Pada pemberi harapan palsu di sekitar kita kah –yang hanya mendatangi kita saat butuh, dan menjauh saat tak lagi membutuhkan kita? Pada siapa kita tujukan asa kita?

Pada mereka yang memuji di saat mereka suka dengan apa yang kita kerjakan untuk mereka, dan mencaci disaat kita melakukan pekerjaan yang tidak sesuai keinginan mereka?

Pada siapa kita memelas belas kasihan? Pada mereka yang memandang kita dengan iba dan merendahkan harga diri kita atas apa yang tidak kita miliki?

Pada siapa kita tengadahkan tangan? Pada mereka yang sewenang-wenang dengan kekuasaanya dan memaksa kita untuk diam pada kezaliman mereka?

Pada siapa kita haturkan semua pinta? Pada mereka yang merasa berjasa mengabulkan pinta kita selama tercatat di atas tinta dan terus mengungkit-ungkit jasa mereka?Pada siapa kita tundukkan diri? Pada mereka yang berpura-pura simpati atas penderitaan kita seraya menjadikan itu sebagai bagian pencitraan belaka?

Pada siapa kita teteskan air mata kita? Pada mereka yang menjadikan tangisan kita sebagai ukuran kelemahan diri sehingga mereka merasa meraih kemenangan?

Pada siapa kita meminta maaf? Pada mereka yang mengaku bisa memaafkan namun tidak bisa melupakan atau pada mereka yang menjadikan ‘maaf-lahir-batin’ sebagai tradisi tahunan belaka?

Pada siapa kita bersimpuh? Pada mereka yang membuat kita lumpuh dengan segala peraturan dan kebijakan hanya karena berharap ada amplop ampuh yang melewati itu semua?

Pada siapa kita ingin berpulang? Pada mereka yang menunggu kita di kampung halaman seraya berharap kita membawa berbagai hadiah dan pemberian?

Pada siapa kita berserah diri? Pada mereka yang memaksa kita untuk terus mengalah dan tertawa saat kita menyerah?

Allah…Allah…Allah

Ketika mata ini berkedip cuma Engkau yang ku harapkan.Jangan tinggalkan aku barang sekejap matapun.

Tabik,

GNH