You are here:

Wawancara dengan Santri Ojol soal FPI

Siang terik panas, seorang reporter tv mewawancarai Ojol yang sedang memperhatikan hapenya menunggu orderan.

“Maaf, Mas. Boleh tanya sebentar? Saya dari stasiun tv (menyebut tempat dia bekerja).”

“Iya boleh” jawab Mas Ojol dg ramah.

“Bagaimana tanggapan anda soal wacana perpanjangan ijin FPI?”

“Menurut saya dibubarkan atau tidaknya itu harus dengan melihat maqashid as-syariah.”

Reporter mengernyitkan dahi, “maksudnya gimana yah?”

“Iya, apakah keberadaan FPI selama ini sudah sesuai dengan tujuan pensyariatan hukum Islam atau tidak.”

“Tujuannya kemana yah?”

“Lho anda mau pesan ojol saya?”

“Bukan, maksudnya tujuan pensyariatan hukum Isam itu apa? Itu lho yg Anda bahas tadi”

“Ohh masih bahas yg tadi.
Tujuan pensyariatan hukum Islam itu untuk menegakkan kemaslahatan (iqamah al-masalih) dunia dan akhirat.”

“Bisa dijelaskan lebih lanjut, Mas?”

“Semua aturan hukum Islam bertujuan untuk, salah satunya, menjaga/memelihara agama (hifz al-din), jiwa/diri (hidz al-nafs), akal (hifz al-aql), keturunan (hifz al-nasl) dan harta (hifz al-mal).”

“Jadi, gimana? FPI diperpanjang gak ijinnya?”

“Kelima maqashid as-syariah di atas sangat sesuai dengan keberadaan FPI. Apa yang dilakukan FPI membela minoritas dan menjaga bhineka tunggal ika sudah cocok dengan kemaslahatan bangsa kita ini.”

“Lho, kok?”

“Dengan aktivitas FPI yang menjaga ajaran agama untuk amar ma’ruf dg cara yang ma’ruf dan nahi munkar tanpa melanggar aturan hukum, telah terpenuhi hifz ad din. FPI selalu rasional bersikap tidak emosian, dan selalu memberikan argumen yg cerdas. Ini hifz al-aql. Jangan lupa, FPI selalu mencontohkan prilaku teladan untuk generasi berikutnya. Ini hifz an-nasl. Bahkan selalu menjaga kehormatan sesama manusia, tidak pernah memaki dan mencaci yg berbeda. Ini hifz an-nafs. Terakhir FPI gak pernah sweeping merusak warung dan dagangan orang. Dan semua anggota FPI gak ada yg pengangguran. Mereka pekerja keras. Ini hifz al-mal”

“Jadi, gimana Mas?” Reporter mulai garuk-garuk kepala.

“Lha iya lah. FPI selalu mendukung pemerintah yang berdasakan Pancasila dan UUD 1945. Tidak pernah FPI mengatakan pemerintah thogut atau illegal. Siapapun pemenang pilpres, mereka dg tegas mengakui dan mendukungnya.”

“Ah yang bener, Mas?”

“FPI itu pemimpinnya pun selalu santun. Benar-benar contoh teladan menebarlan Islam yang rahmatan lil alamin, bukan Islam yang marah-marah. Tidak pernah kabur meninggalkan proses hukum. Masak yang seperti ini ijinnya tidak diperpanjang oleh pemerintah. Apa kata dunia?”

“Sebentar Mas. FPI yang anda maksud itu FPI yang mana, Mas?”

“Lho sampeyan dari tadi tanya FPI. Tapi gak ngejelasin FPI mana yg dimaksud. Yang saya bahas ini FPI = Front Pancasila Islamiyah. Emangnya anda tanya FPI yg lain?”

“Duh, sampeyan Mas Ojol kayaknya santri yah. Kok ngerti maqashid as-syariah, terus bisa banget plot twist-nya?”

“Ya iyalah. Saya santri medsosiyah-nya Gus Nadir! Sisirr manaaa sisirrr…”

“Pantesan!!!”