[aswaja_big_letter]Dua belas jam atau lebih, tergantung anda berada di belahan dunia yang mana, kita menahan lapar dan haus dalam bulan suci Ramadan.[/aswaja_big_letter]
Menjelang sore angan-angan kita akan makanan dan minuman semakin menjadi-jadi. Panca indera kita menjadi sensitif: bau asap knalpot tercium seperti bau orang membakar sate; kecoa lewat terlihat seperti kurma dan suara azan ashar dianggap mirip azan maghrib.
Tapi ketika tiba waktunya berbuka puasa, hanya dengan segelas air dan kolak pisang saja hilang sudah segala lapar dan dahaga; semua angan-angan sebelumnya buyar begitu saja. Bahkan mereka yang dengan lahap langsung mengonsumsi makanan ternyata juga merasa kenyang hanya dengan dua-tiga suap saja. Niat menggebu menghabiskan 3 piring ternyata tidak terpenuhi. Cuma segitu aja kemampuan kita memuaskan diri 🙂
Inilah kenikmatan sesaat yang Allah ajarkan kepada kita lewat ibadah puasa. Apa yang tidak kita miliki terkesan begitu indah seandainya kita punya harta, jabatan atau apapun yg kita inginkan. Faktanya, begitu kita memiliki apa yang kita sangat inginkan, ya biasa saja toh 🙂 Makanya banyak yang lupa diri dan malah menginginkan hal berikutnya untuk memuaskan keinginannya.
Puasa mengajarkan kita bahwa kenikmatan yang kita kejar itu hanya sesaat rasanya. Puasa mengajarkan kita bahwa kepuasan itu bukan pada tercapainya keinginan tapi pada mensyukuri apa yang Allah berikan.
Percayalah, buka puasa dengan ceplok telur pun terasa nikmat kalau kita mampu mensyukurinya.
Tabik,
Nadirsyah Hosen