[aswaja_big_letter]Terlalu banyak waktu kita habiskan untuk membahas orang lain. Sudah terlalu sering kita sibukkan diri kita membahas masalah si A, si B dan si C. Atau banyak pulsa dan data yang terbuang karena kita sibuk memerhatikan omongan orang lain tentang kita. Dunia kita bising karena orang lain. Rugi bangetttt.[/aswaja_big_letter]
Bulan suci Ramadan mengajarkan kita untuk fokus pada amalan dan aib kita ketimbang sibuk membahas amalan dan aib orang lain yang sering kali tidak ada kaitan langsung dengan hidup kita.
Betapa tidak fokus, yang lapar dan haus kan diri kita, untuk apa membahas siapa yang lebih lapar atau lebih haus? Gak penting! Yang harus menahan diri ya diri kita sendiri bukan diri orang lain. Kita berlomba-lomba dalam kebaikan; bukan berlomba kepo membahas orang lain, apalagi sampai menghina dan mencaci maki mereka.
Dalam satu riwayat dikisahkan Nabi mendengar seseorang yang memaki sahayanya. Nabi minta ia berbuka. Orang tersebut menolak karena ia tengah berpuasa. Lantas orang tersebut mendengar wejangan agung dari mulut Rasul Yang Mulia: “Bagaimana mungkin engkau berpuasa sambil mencaci-maki hamba sahayamu? Sesungguhnya Allah menjadikan puasa sebagai penghalang (hijab) bagi seseorang dari segala kekejian ucapan maupun perbuatan.”
Puasa jadi hijab agar kita fokus dengan amalan dan aib kita sendiri. Agar sumbu kita semakin panjang dan tidak cepat meledak. Agar kita isi waktu kita dengan introspeksi diri ketimbang menginvestigasi amalan dan aib orang lain.
Kalau ada yang memberi info tentang si A yang selingkuh, si B yang maksiat dan si C yang rejekinya terus nambah sehingga bikin iri kawannya, maka cepat-cepat tanya diri sendiri: “terus kaitannya dengan kita apa?”
Kata kuncinya satu: fokus!
Yuk kita habiskan waktu kita di bulan suci untuk fokus pada amalan dan aib kita sendiri, agar selepas Ramadan kita bisa kembali suci; kembali ke fitrah diri kita.
Sudahkah kita fokus hari ini?