SURABAYA | duta.co – Tidak semua orang memperhatikan Panji Rasulullah yang dikibarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) akhir-akhir ini. Tetapi tidak bagi Dr H Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), PhD, alias Gus Nadir. Rois Syuriuah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand serta Dosen Senior Monash Law School ini memberikan catatan menarik tentang panji yang diklaim HTI sebagai bendera Nabi tersebut.
Seperti disampaikan Ketua HTI Kabupaten Trenggalek, dr Fahrul Ulum, bahwa, kegiatan yang digelar HTI sebenarnya hanyalah edukasi ketauhidan dengan mengingatkan sejarah keislaman di zaman Nabi Muhammad saw.
“Melalui kegiatan itu HTI melakukan kirab Panji Rasulullah, yakni Panji Al-Liwa’ yang berwarna putih dan Ar-Royah yang berwarna hitam. Dua panji ini selalu dibawa Rasulullah ke mana pun pergi sebagai simbol perjuangan dan syiar yang dilakukan kala itu,” kata Fahrul menjelaskan kepada antara melalui sambungan telepon.
Tentang konsep khilafah, HTI sifatnya memberikan tawaran. Logikanya sama seperti tawaran menggunakan listrik, berhemat dalam pemaikaiannya dan sebagainya. Artinya dalam dinamikanya tawaran itu bisa saja diterima atau ditolak, sehingga kami (HTI) mengedepankan dialog, katanya.
Nah, benarkah dua bendera Al-Liwa’ dan Ar-Rayah itu yang selalu dibawa Rasulullah? Rayah adalah bendera berukuran lebih kecil, yang diserahkan khalifah atau wakilnya kepada pemimpin perang, serta komandan-komandan pasukan Islam lainnya.
Rayah merupakan tanda yang menunjukkan bahwa orang yang membawanya adalah pemimpin perang. Liwa, (bendera negara) berwarna putih, sedangkan rayah (panji-panji perang) berwarna hitam. Mereka meyakini pemahaman itu melalui hadits riwayat Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah.
Dr H Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), PhD, alias Gus Nadir punya catatan menarik. Menurutnya, umat Islam jangan mau dibohongi oleh ISIS dan HTI soal bendera ini. Keduanya, ISIS dan HTI sama-sama mengklaim bendera dan panji yang mereka miliki adalah sesuai dengan Liwa dan Rayah-nya Rasulullah.
“Kalau klaim mereka itu benar, kenapa bendera ISIS dan HTI berbeda design dan khat tulisan arabnya?” demikian catatan Gus Nadir sebagaimana yang sampai kepada duta.co Sabtu (1/4/2017).
Menurut dosen tetap di Fakultas hukum Universitas di Australia ini, secara umum hadits-hadits yang menjelaskan warna bendera Rasul dan isi tulisannya, itu tidak berkualitas alias tidak sahih. Riwayatnya pun berbeda-beda. Ada yang bilang hitam saja, ada yang bilang putih saja. Ada juga riwayat yang bilang hitam dan putih, bahkan ada yang kuning.
“Dalam sejarah Islam juga beda lagi. Ada yang bilang Dinasti Umayyah pakai bendera hijau, Dinasti Abbasiyah pakai warna hitam, dan pernah juga putih. Yang jelas dalam konteks bendera dan panji, Rasul menggunakan sewaktu perang hanya untuk membedakan pasukan Rasul dengan musuh. Bukan dipakai sebagai bendera negara,” jelasnya.
Jadi? Kalau ISIS dan HTI yang setiap saat mengibarkan Liwa dan Rayah, apakah mereka mau perang terus? Kok ke mana-mana mengibarkan bendera perang? “Kalau dianggap sebagai bendera negara khilafah, kita ini NKRI, sudah punya bendera Merah Putih. Masak ada negara dalam negara? Kalau itu terjadi, berarti makar!” tegasnya.
Lalu bagaimana status hadits soal bendera ini? Menurut Gus Nadir, hadits riwayat Thabrani dan Abu Syeikh yang bilang bendera Rasul hitam dan panjinya putih, itu dhaif. Riwayat Thabrani ini dhaif karena ada rawi yang dianggap pembohong yaitu Ahmad bin Risydin. Bahkan kata Imam Dzahabi, dia pemalsu hadits.
Lalu, riwayat Abu Syeikh dr Abu Hurairah itu juga dhaif, karena kata Imam Bukhari, rawi yang namanya Muhammad bin Abi Humaid, itu munkar. Kemudian riwayat Abu Syeikh dari Ibn Abbas haditsnya masuk kategori hasan, bukan sahih. Riwayat lain bendera Rasul yang warnanya hitam atau putih atau kuning atau merah, itu tidak ada tulisan apa-apa.
“Katakanlah ada tulisannya, maka tulisan khat jaman Rasul dulu beda dengan yang ada di bendera ISIS dan HTI. Jaman Rasul tulisan Alquran belum ada titik dan khatnya, masih pra Islam yaitu khat kufi. Makanya, meski mirip, bendera ISIS dan HTI itu beda khatnya. Kok bisa? Padahal sama-sama mengklaim bendera Islam? Itu karena rekaan mereka saja,” tandas Gus Nadir.
Jadi, Tidak ada contoh otentik dan sahih tentang bendera Rasul itu seperti apa. Itu rekaan orang-orang ISIS dan HTI berdasarkan hadits-hadits yang tidak sahih. “Intinya, jangan mau dibohongi sama bendera Islam-nya HTI dan ISIS. Perkara ini bukan masuk kategori syari’ah yang harus ditaati. Selesai,” pungkasnya. (mky)