You are here:

Kekuasaan itu Meninabobokan [Tentang Khalifah Abdul Malik dan Al-Walid]

Saya kisahkan sebelumnya saat Khalifah Marwan bin Hakam dibai’at menjadi khalifah, ada kesepakatan bahwa setelah periode beliau yang akan menjadi khalifah adalah Khalid bin Yazid dan kemudian Amr bin Sa’id al-Ash al-Ashdaq. Namun Khalifah Marwan malah menunjuk anaknya sendiri, Abdul Malik, dan mengingkari kesepakatan itu.

Saat menunjuk Abdul Malik, Marwan juga berpesan bahwa khalifah setelah Abdul Malik itu adalah saudara Abdul Malik sendiri, yaitu Abdul Azis. Patuhkah Abdul Malik bin Marwan pada kesepakatan ini? Mari kita simak lanjutan mengaji sejarah politik Islam.

Dalam juz 6 kitab Tarikh al-Rusul wal Muluk, Imam al-Thabari menulis sub bab: “Tekad Kuat Abdul Malik bin Marwan untuk Menyingkirkan Saudaranya Abdul Azis bin Marwan”. Abdul Malik berkuasa cukup lama (sekitar 21 tahun), dinasti Umayyah relatif stabil di bawah kekuasaannya, apalagi beliau menggunakan segala macam cara untuk mempertahankan kekuasaannya. Abdul Malik ingin menunjuk anaknya sebagai penggantinya, ketimbang menunjuk saudaranya sendiri seperti diamanatkan Ayah mereka.

Selengkapnya ngaji sejarah politik Islam bisa disimak melalui website Geotimes di bawah ini. Kita akan temui modus para khalifah jaman dulu untuk menyingkirkan saudaranya sendiri dari jalur suksesi demi bisa menunjuk putranya sendiri sebagai Khalifah.

https://geotimes.co.id/kekuasaan-itu-meninabobokan-tentang…/

Tabik,

Nadirsyah Hosen