You are here:

Kebengisan Khalifah Yazid Menghadapi Oposisi

Ngaji sejarah politik Islam setiap hari Jum’at di Geotimes. Kali ini kita sampai pada Khalifah ketujuh, Yazid bin Mu’awiyah. Bagaimana sikap beliau terhadap kelompok oposisi? Simak yuk….

Tanpa adanya mekanisme kontrol rakyat terhadap khalifah, kekuasaan seorang khalifah menjadi mutlak. Sejarah menceritakan kepada kita mereka yang menolak berba’iat dan mengkritik kekuasaan khilafah di masa lampau akan dihadapai dengan tindakan kekerasan. Kita akan menyimak bagaimana dua ulama besar Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu Imam al-Thabari dan Imam Suyuthi, bertutur mengenai Khalifah ketujuh, Yazid bin Mu’awiyah.

Yazid meraih kekuasaan lewat penujukan ayahnya, Khalifah Mu’awiyah. Tindakan ini melanggar kesepakatan antara Mu’awiyah dan Sayyidina Hasan, di mana seharusnya dibentuk semacam dewan syura seperti yang sebelumnya dilakukan Khalifah Umar bin Khattab untuk memilih khalifah. Mu’awiyah mengabaikannya dan malah menunjuk Yazid, putranya sendiri.

Ketika tersebar berita wafatnya Mu’awiyah, Yazid yang dibai’at oleh penduduk Syam sebagai Khalifah, mengirim surat kepada Gubernur Madinah, al-Walid bin Utbah bin Abu Sufyan (sepupu Yazid), untuk meminta ketiga tokoh menyatakan pemba’iatan kepada Yazid. Ketiga tokoh itu adalah Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib (cucu Rasulullah), Abdullah bin Zubair bin Awwam (cucu Khalifah pertama Abu Bakar dari jalur Asma’) dan Abdullah bin Umar (putra Khalifah kedua Umar bin Khattab).

Ketiga tokoh ini dipastikan akan masuk dalam dewan syura seandainya Mu’awiyah membentuknya dan, menurut Imam al-Thabari, kecil kemungkinan ketiganya akan memilih Yazid sebagai khalifah. Itulah sebabnya pernyataan bai’at mereka dikejar oleh Yazid.

Selengkapnya ngaji lewat

http://geotimes.co.id/kebengisan-khalifah-yazid-menghadapi…/

Tabik,

Nadirsyah Hosen