Beberapa pelajaran penting yang saya dapat dari diskusi belakangan ini di facebook:
- Kalau sudah menyentuh soal politik, masyarakat kita fanatiknya luar biasa. Apalagi kalau sudah ditambah keyakinan agama. Bahkan posting yang mengungkap tafsir berbeda dari yg selama ini mereka pahami langsung dicaci dan diberi label serta tuduhan macem2. Tidak mau membuka ruang diri untuk menyimak pendapat orang lain.
- Kemampuan berdiskusi kita rendah sekali. Argumen bukan dibantah dg argumen. Rujukan dengan referensi lainnya. Tapi dengan tuduhan dan caci maki. Kita belum terbiasa untuk berbeda pendapat. Sebelas kitab tafsir mu’tabar yg saya jadikan rujukan dimentahkan hanya dengan satu-dua baris cacian. Mereka tidak sadar bahwa yg mereka caci bukan saya, tapi para mufassir itu karena saya “cuma” mengutip para mufassir klasik.
- Medsos telah membuat kita kehilangan sisi kemanusiaan kita. Orang dengan enteng mencaci maki karena merasa yang dihadapi itu cuma layar hp atau layar komputer, bukan sesama manusia yang harus dihargai. Walhasil adab kesopanan telah hilang.
- Medsos juga membuat orang merasa sejajar. Strata keilmuan sdh tidak mendapat tempat. Orang awam pun tiba2 menjadi ahli dalam semua hal, dan bebas komentar ttg semua persoalan. Baik latar belakang keilmuannya cocok dg tema yg dibahas atau tidak, pokoknya kalau tidak setuju lgs menyalahkan dan mencaci maki.
- Mayoritas yang setuju hanya berdiam diri dengan mengklik like dan share tulisan. Khawatir kalau ikutan komen mendukung akan dicaci maki juga. Akhirnya memilih jalan aman utk share di wall masing2 atau klik like saja. Walhasil yang muncul dalam kolom komen kebanyakan para hates yang tak tahu diri dan tak tahu malu itu.
- Apapun itu saya akan tetap menulis dan berbagi. Karena menulis adalah cara saya untuk belajar. Terlepas dari komen yg negatif, ada sejumlah komen yg bagus dan serius serta turut membantu memberikan pencerahan. Saya pun belajar dari komen yang bagus itu. Dan itulah seharusnya yang kita lakukan: kita saling belajar di medsos, bahkan pada saat kita berbeda pandangan sekalipun, selalu ada ruang utk belajar dari lawan diskusi kita. Itu kalau kita memang mau membuka diri dan tidak fanatik dg pandangan kita sendiri.
Selamat ber-akhir pekan, dan untuk para haters….sabar yah…saya masih punya banyak tulisan yang akan bikin kalian heboh 🙂
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga sebagai Wakil Ketua Dewan Pengasuh Pesantren Takhasus IIQ Jakarta.