Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengutus bagi umat ini orang yang akan memperbarui (urusan) agama mereka pada setiap akhir seratus tahun” (HR Abu Dawud)
Dan seperti jamaknya, kandungan Hadis di atas diperdebatkan oleh sejumlah pihak. Ada yang menyusun nama-nama para pembaru –sesuai versi kelompoknya. Ada pula yang berdebat kapan mulai menghitungnya: Apakah dari kelahiran Rasul saw, atau dari tahun beliau diutus, atau dari hijrah, atau dari wafat beliau saw? Ada pula yang memperdebatkan makna seratus tahun itu.
Saya memandang sabda Rasul Yang Mulia di atas secara umum: pada setiap ruang dan waktu akan ada mereka yang diberi tugas khusus. Dan dikalangan ulama itu ada orang-orang tertentu yang diberi amanah sebagai Mujtahid yang selalu berupaya memecahkan beragam persoalan umat, dan Mujaddid, seorang yang terus menerus menafsirkan ulang ajaran Islam sehingga ajaran islam ini cocok dan relevan sepanjang masa. Mereka lah obor bagi umat untuk melalui lorong panjang kegelapan ini. Mereka lah yang membawa cahaya Allah (al-Nur) di setiap masa untuk menebar kedamaian (al-Salam) dan kasih sayang (al-Rahman) pada semesta alam.
Mereka berada di berbagai profesi. Ada yang berprofesi sebagai ulama, cendekiawan, pemimpin, atau justru rakyat biasa dan kita tidak benar-benar mengenal keistimewaanya di sisi Allah. Telah Allah letakkan nasib umat di tangan mereka untuk mereka perjuangkan dengan caranya masing-masing.
Sebagai penerus ajaran Nabi Muhammad, para pembaru ini juga mengalami berbagai ujian dan cobaan. Mereka kerap kali difitnah dan dicaci-maki, tak jarang mereka terpaksa hijrah, persis yang dilakukan Rasulullah. Tapi mereka tidak mundur dalam menjalankan amanah mengabdi pada umat memperbarui ajaran islam sehingga islam itu “sholihun likulli zaman wa makan”
Selain nubuwat Nabi di atas mengenai pembaru ajaran islam, adalah hal yang menarik untuk diperbandingkan ketika Nabi juga bicara tentang kelompok yang lain:
Rasulullah saw bersabda: ”Nanti akan muncul diantara umatku kaum yang membaca Al-Quran, bacaan kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan bacaan mereka, dan shalat kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan shalat mereka, dan puasa kamu tidak ada artinya dibandingkan puasa mereka, mereka membaca Al-Quran sehingga kamu akan menyangka bahwasanya Quran itu milik mereka saja, padahal sebenarnya Quran itu akan melaknat mereka, Tidaklah shalat mereka melalui kerongkongan mereka, mereka itu akan memecah agama Islam sebagaimana keluarnya anak panah daripada busurnya ” (HR Muslim, juga diriwayatkan dg berbagai redaksi oleh Bukhari dan Abu Dawud).
Inilah kelompok lain yang telah Nabi prediksi akan muncul ditengah-tengah kita, yaitu mereka yang merasa dirinya paling benar, ibadahnya paling rajin, bacaan Qur’annya paling bagus, dan kalau bertemu mereka kita akan merasa kalah alim atau bahkan kurang islami. Mereka tak segan menumpahkan darah sesama Muslim karena pandangan ekstrem mereka.
Sungguh celaka kalau umat tidak bisa membedakan mana kelompok pertama (para pembaru Islam) dan mana kelompok kedua (para perusak dan pemecah islam). Sungguh miris kalau sebagian di antara kita justru terpesona dg kelompok kedua dan menistakan kelompok pertama. Kelompok kedua inilah yang disebut para ulama sebagai Khawarij. Mereka hadir di tengah-tengah kita dalam berbagai bentuknya. Alih-alih membuat Islam relevan dan cocok di setiap ruang dan waktu, mereka seolah hendak mengembalikan Islam ke jaman onta. Na’udzubillah…
Tabik,
Nadirsyah Hosen