Saya mendapat pertanyaan yang menanyakan tiga gambar yang viral beredar tentang cara duduk yang dilarang Nabi Muhammad SAW.
Bagaimana sebenarnya status hadits dan konsekuensi hukumnya? Perlu saya tegaskan bahwa tidak semua kalimat larangan dari Nabi itu bermakna haram, bisa juga dipahami ulama sebagai makruh. Begitu juga tidak semua larangan dari Nabi itu masuk dalam bab “hukum”, bisa jadi ia masuk dalam bab “adab” atau etika.
Nah, menyebarkan meme atau gambar dengan mengutip cuplikan hadits, tanpa menyertakan komentar atau syarah dari para ulama itu bisa berbahaya, apalagi dipakai untuk menyalah-nyalahkan orang lain yang berbeda pemahamannya.
Mari kita simak 🙏
- Hadits gambar pertama
Sunan at-Tirmidzi (HN 472)
[aswaja_arabic display=”inline”]٤٧٢ – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حُمَيْدٍ الرَّازِيُّ وَعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ الدُّورِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُقْرِئُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي أَيُّوبَ حَدَّثَنِي أَبُو مَرْحُومٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الْحِبْوَةَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ قَالَ أَبُو عِيسَى وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَأَبُو مَرْحُومٍ اسْمُهُ عَبْدُ الرَّحِيمِ بْنُ مَيْمُونٍ وَقَدْ كَرِهَ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ الْحِبْوَةَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ وَرَخَّصَ فِي ذَلِكَ بَعْضُهُمْ مِنْهُمْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ وَغَيْرُهُ وَبِهِ يَقُولُ أَحْمَدُ وَإِسْحَقُ لَا يَرَيَانِ بِالْحِبْوَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ بَأْسًا [/aswaja_arabic]
472. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Humaid Ar Razi dan Abbas bin Muhammad Ad Duri keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Abdurrahman Al Muqri’ dari Sa’id bin Abu Ayyub telah menceritakan kepadaku Abu Marhum dari Sahl bin Mu’adz dari ayahnya bahwasannya Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari duduk ihba’ (duduk dengan meletakkan kedua lutut didada) pada hari (khutbah) Jum’at, sewaktu imam berkhutbah. Abu Isa berkata, ini adalah hadits hasan, namanya Abu Marhum adalah ‘Abdur Rahim bin Maimun, sebagian kaum dari ahli ilmu membenci duduk ihab’ pada hari (khutbah) jum’at, sewaktu imam berkhutbah, dan sebagian yang lain memberi keringanan (rukhsah) dalam urusan itu, diantaranya adalah Abdullah bin Umar dan yang lain, Ahmad dan Ishaq berkata, bahwa keduanya tidak sependapat dengan duduk ihtiba’ pada waktu imam sedang berkhutbah.
Gambar pertama yg duduk memeluk lutut itu haditsnya hasan, bukan sahih. Hukum memeluk lutut saat imam khutbah jumat itu makruh menurut sebagian ulama, namun Abdullah bin Umar memberi keringanan (rukhsah) dan membolehkannya. Keterangan ini dituliskan sendiri dalam Sunan at-Tirmidzi yang meriwayatkan hadits ini. Tidak semua yang Nabi larang itu hukumnya menjadi haram, bisa saja hanya makruh.
Bahkan dalam Sunan Abi Daud dijelaskan pula bahwa para sahabat Nabi banyak yg melakukan duduk ihtiba’ (memeluk lutut), sehingga Abu Daud sendiri mengatakan; “belum sampai kepadaku bahwa ada seorang yg memakruhkannya kecuali Ubadah bin Nusay”
Sunan Abi Daud (HN 937)
[aswaja_arabic display=”inline”]٩٣٧ – حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ حَيَّانَ الرَّقِّيُّ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزِّبْرِقَانِ عَنْ يَعْلَى بْنِ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ شَهِدْتُ مَعَ مُعَاوِيَةَ بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَجَمَّعَ بِنَا فَنَظَرْتُ فَإِذَا جُلُّ مَنْ فِي الْمَسْجِدِ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَيْتُهُمْ مُحْتَبِينَ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ قَالَ أَبُو دَاوُد كَانَ ابْنُ عُمَرَ يَحْتَبِي وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ وَأَنَسُ بْنُ مَالِكٍ وَشُرَيْحٌ وَصَعْصَعَةُ بْنُ صُوحَانَ وَسَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ وَإِبْرَاهِيمُ النَّخَعِيُّ وَمَكْحُولٌ وَإِسْمَعِيلُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدٍ وَنُعَيْمُ بْنُ سَلَامَةَ قَالَ لَا بَأْسَ بِهَا قَالَ أَبُو دَاوُد وَلَمْ يَبْلُغْنِي أَنَّ أَحَدًا كَرِهَهَا إِلَّا عُبَادَةَ بْنَ نُسَيٍّ [/aswaja_arabic]
937. Telah menceritakan kepada kami Daud bin Rusyaid telah menceritakan kepada kami Khalid bin Hayyan Ar Raqqi telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Abdullah bin Az Zibriqan dari Ya’la bin Syaddad bin Aus dia berkata; “Aku bersama Muawiyah menyaksikan penaklukan Baitul Maqdis, lalu dia melaksanakan shalat jum’at bersamanya, maka aku melihat kebanyakan jama’ah yang ada di masjid adalah para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, aku melihat mereka duduk bertekuk lutut ketika imam sedang berkhutbah.” Abu Daud berkata; ” Ibnu Umar juga duduk bertekuk lutut sementara imam sedang berkhutbah, begitu juga Anas bin Malik, Syuraih, Sha’sha’ah bin Shuhan, Sa’id bin Musayyab, Ibrahim An Nakha’i, Makhul, Isma’il bin Muhammad bin Sa’d dan Nu’aim bin Salamah, katanya; “Tidak mengapa duduk seperti itu.” Abu Daud berkata; “Belum sampai kepadaku, bahwa ada seseorang yang membencinya kecuali ‘Ubadah bin Nusai.”
- Hadits gambar kedua:
Sunan Abi Dawud (HN 4208)
[aswaja_arabic display=”inline”] ٤٢٠٨ – حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ بَحْرٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مَيْسَرَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ الشَّرِيدِ عَنْ أَبِيهِ الشَّرِيدِ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ مَرَّ بِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا جَالِسٌ هَكَذَا وَقَدْ وَضَعْتُ يَدِيَ الْيُسْرَى خَلْفَ ظَهْرِي وَاتَّكَأْتُ عَلَى أَلْيَةِ يَدِي فَقَالَ أَتَقْعُدُ قِعْدَةَ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ[/aswaja_arabic]
4208. Telah menceritakan kepada kami Ali bin Bahr berkata, telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij dari Ibrahim bin Maisarah dari Amru bin Asy Syarid dari bapaknya Asy Syarid bin Suwaid ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewatiku saat aku duduk seperti ini; aku meletakkan tangan kiriku di belakang punggung, lalu aku bersandar dengannya. Beliau lantas bersabda: “Apakah kamu ingin duduk seperti duduknya orang-orang yang dimurkai (Yahudi)!”
Gambar yg kedua duduk dg bersander pada tangan kiri itu haditsnya ada yg bilang sahih dan ada yg bilang hasan. Status hukumnya juga diperdebatkan: ada yg bilang haram, dan ada yg bilang makruh. Yang bilang makruh itu misalnya Ibn Muflih dan as-Saffarani. Bahkan Abu Daud pun meletakkan hadits ini dalam bab duduk yang makruh, bukan haram. Jadi sekali lagi, tidak mesti larangan ini dimaknai sebagai haram.
- Hadits gambar ketiga:
Musnad Ahmad (HN 7758)
[aswaja_arabic display=”inline”]٧٧٥٨ – حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي زِيَادٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ وَنَهَانِي عَنْ ثَلَاثٍ أَمَرَنِي بِرَكْعَتَيْ الضُّحَى كُلَّ يَوْمٍ وَالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَنَهَانِي عَنْ نَقْرَةٍ كَنَقْرَةِ الدِّيكِ وَإِقْعَاءٍ كَإِقْعَاءِ الْكَلْبِ وَالْتِفَاتٍ كَالْتِفَاتِ الثَّعْلَبِ [/aswaja_arabic]
7758. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam telah menceritakan kepada kami Syarik dari Yazid bin Abi Ziyad dari Mujahid dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepadaku dengan tiga perkara dan melarangku dari tiga perkara; Beliau memerintahkanku dengan dua raka’at dhuha pada setiap hari, witir sebelum tidur, dan puasa tiga hari pada setiap bulannya. Dan melarangku mematuk (dalam shalat) seperti ayam mematuk, duduk seperti duduknya anjing dan menoleh seperti berpalingnya serigala.”
Gambar ketiga itu larangan duduk seperti anjing itu dalam hadits Musnad Ahmad. Sebagian ulama mensahihkan, dan sebagian lagi mengatakan sanadnya hasan. Tapi harus diingat duduk yg dilarang seperti dalam gambar itu kalau dilakukan di dalam shalat, seperti bunyi haditsnya, dan tidak mengapa kalau dilakukan di luar shalat. Itu sebabnya para ulama membahas hadits ini dalam konteks larangan shalat seperti perilaku binatang.
Yang sunnah itu duduk iq’a yang pantat bertumpu pada betis dan tumit, seperti duduk diantara dua sujud (pantat tidak menyentuh lantai), sebagaimana hadits sahih dalam kitab Sahih Muslim.
Semoga jelas dan bermanfaat.
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama
Australia – New Zealand