You are here:

Tiga “Jangan” dalam hidup

Pertama, jangan malas! Konon salah satu penyakit yang tidak ada obatnya itu adalah penyakit malas. Banyak hal yang menyebabkan kita dilanda kemalasan. Orang yang banyak masalah biasanya menjadi malas. Begitupula orang yang tidak punya target dalam hidup biasanya senang bermalas-malasan.

Orang yang terkena penyakit malas dia akan membuang waktunya tanpa melakukan apapun seolah waktu itu tidak berharga baginya. Orang malas cenderung menggampangkan persoalan dengan menunda-nunda mengerjakannya. Itulah sebabnya salah satu doa yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk kita baca itu agar kita berlindung kepada Allah dari rasa malas.

Kedua, jangan putus asa! Biasanya orang malas akan cenderung mudah menyerah. Tidak punya spirit of fighting. Dia menganggap untuk apa berjuang toh hasilnya pasti kalah juga. Ini orang yang sudah kalah sebelum bertanding.

Alih-alih mengatur strategi dalam hidup, kita cenderung menerima keadaan dan tidak lagi mau berikhtiar. Anda boleh saja terlilit hutang, ditinggalkan kekasih, diberi cobaan penyakit, didera berbagai fitnah, namun apapun itu selama anda tidak berputus asa, anda masih bisa bangkit kembali.

…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.’(QS. 12:87)

Buat yang suka menuding orang lain kafir hanya karena berbeda pendapat, baca deh ayat di atas: jangan-jangan kita pun juga masuk kategori kafir kalau kita mudah putus asa dari rahmat Allah.

Orang yang putus asa itu seolah tidak percaya bahwa Allah tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuan kita; tidak yakin bahwa bahkan binatang melata pun Allah beri rejeki; tidak percaya diri bahwa sesuai janji Allah dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.

Ketiga, jangan lupa bersyukur! Mereka yang malas dan mudah putus asa biasanya jarang bersyukur. Apa yang mau disyukuri, lha wong hidup kami ancur-ancuran begini? Begitu biasanya dalih mereka.

Tapi kawan selama nafas masih ada dan selama mentari masih bersinar hidup kita ini layak untuk kita syukuri. Tengoklah sekeliling kita: betapa banyak orang lain yang sebenarnya jauh lebih menderita ketimbang kita.

Gak percaya? Tanyakanlah pada para pemulung yang kebingungan melihat kita ngedumel karena koneksi wifi yang lemot; tengoklah mereka yang tidur beratapkan langit dan diterangi kerlip bintang sementara kita terus menggerutu listrik PLN yang byar-pet; dan dengarkan pengamen kecil yang bersenandung riang mengetuk kaca mobil kita di lampu merah sementara kita stress kehilangan proyek.

Mereka yang pandai bersyukur artinya percaya bahwa Allah akan menambah nikmat yang ada –entah kapanpun atau bagaimanapun caranya.

Mereka yang tetap bersyukur meski diuji dengan berbagai cobaan akan lebih optimis memandang masa depan –semua akan indah pada waktunya.

Mereka yang bersyukur akan semakin rajin beribadah dan bekerja karena syukur mereka telah melampaui kesabaran mereka — tidak heran Allah kerap memuji mereka.

Mereka yang tidak pernah lupa bersyukur adalah mereka yang memulai harinya dengan energi positif; bukan dengan meratapi penderitaan, apalagi nyinyir melihat kesuksesan orang lain.

Jangan malas.
Jangan mudah putus asa.
Jangan lupa bersyukur.

Bismillahi tawakaltu ‘alallah wa la hawla wa la quwwata illa billah

Tabik,

Nadirsyah Hosen