Menjelang Ramadan banyak yang berusaha mengkhatamkan al-Qur’an. Tentu ini perbuatan yang mulia, amalan yang dianjurkan dan juga dijalani oleh para ulama, selain menjalankan pilihan amalan-amalan sunnah lainnya.
Berapa banyak membaca al-Qur’an dalam semalam? Apakah satu juz dibaca satu hari? Atau lebih dari itu?
Ibn Katsir dalam muqaddimah kitab Tafsirnya menceritakan kisah yang satu ini:
[aswaja_arabic display=”inline”]وَمِنْ أَغْرَبِ مَا هَاهُنَا: مَا رَوَاهُ أَبُو عُبَيْدٍ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْر، عَنْ بَكْرِ بْنِ مُضَرَ، أَنَّ سُلَيْمَ بْنَ عِتْرٍ التُّجِيبِيَّ كَانَ يَخْتِمُ الْقُرْآنَ فِي لَيْلَةٍ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، وَيُجَامِعُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ. قَالَ: فَلَمَّا مَاتَ قَالَتِ امْرَأَتُهُ: رَحِمَكَ اللَّهُ، إِنْ كُنْتَ لَتُرْضِي رَبَّكَ وَتُرْضِي أَهْلَكَ، قَالُوا: وَكَيْفَ ذَلِكَ؟ قَالَتْ: كَانَ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ فَيَخْتِمُ الْقُرْآنَ، ثُمَّ يُلِمُّ بِأَهْلِهِ ثُمَّ يَغْتَسِلُ، وَيَعُودُ فَيَقْرَأُ حَتَّى يَخْتِمَ ثُمَّ يُلِمُّ بِأَهْلِهِ، ثُمَّ يَغْتَسِلُ، وَيَعُودُ فَيَقْرَأُ حَتَّى يَخْتِمَ، ثُمَّ يُلِمُّ بِأَهْلِهِ ثُمَّ يَغْتَسِلُ، وَيَخْرُجُ إِلَى صَلَاةِ الصُّبْحِ . قُلْتُ: كَانَ سُلَيْمُ بْنُ عِتْرٍ تَابِعِيًّا جَلِيلًا ثِقَةً نَبِيلًا وَكَانَ قَاضِيًا بِمِصْرَ أَيَّامَ مُعَاوِيَةَ وَقَاصَّهَا، ثُمَّ قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: رَوَى عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، وَعَنْهُ ابْنِ زَحْرٍ، ثُمَّ قَالَ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ كَاتِبِ اللَّيْثِ، حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ عِمْرَانَ، عَنْ كَعْبِ بْنِ عَلْقَمَةَ قَالَ: كَانَ سُلَيْمُ بْنُ عِتْرٍ مِنْ خَيْرِ التَّابِعِينَ [/aswaja_arabic]
“Satu hal yang luar biasa adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Ubaid dari Sa’id bin Ufair, dari Bakr bin Mudhar, bahwa Sulaim bin ‘Itr mengkhatamkan Qur’an tiga kali dalam semalam, dan juga berhubungan seks dengan istrinya tiga kali dalam malam yang sama”.
Ketika beliau meninggal, istrinya berkata: “Semoga Allah merahmatimu. Anda telah melayani Tuhan dengan baik dan telah memuaskan pula keluargamu.”
Istrinya ditanya: “bagaimana maksudnya itu?”
Istrinya menjawab: “Dia shalat malam, lalu mengkhatamkan Qur’an, kemudian menjimak istrinya, lantas mandi. Kemudian memgkhatamkan Qur’an lagi, setelah itu menjimak istrinya, dan kemudian mandi. Setelah itu, untuk ketiga kalinya, dia mengkhatamkan Qur’an, menjimak istrinya, dan mandi. Kemudian ia pergi untuk shalat subuh.”
Aku (Ibn Katsir) berkata: “Sulaim bin ‘Itr adalah seorang Tabi’in yang agung, terpercaya dan mulia. Dia pernah menjabat sebagai Qadhi (hakim) di Mesir pada masa Khalifah Mu’awiyah. Abu Hatim mengatakan bahwa Sulaim meriwayatkan Hadis dari Abu Darda, dan darinya Ibn Zahr. Dikabarkan kepadaku dari ……Ka’ab bin Alqamah yang berkata ‘Sulaim bin ‘Itr adalah salah satu tabi’in terbaik.’
Monggo kalau ada yang mau mengikuti program unggulan dari Qadhi Sulaim bin ‘Itr ini. Untuk para jomblo, saya gak enak mau nambahin komentar selain kata-kata ini: ‘ente cukup khatamin Qur’an saja yahhhh, gak usah mikir yang aneh-aneh dulu.’
Tabik,
Nadirsyah Hosen