Politik kekuasaan itu bukan hanya soal kemenangan, tetapi juga kerelaan menerima kekalahan demi menjaga kerukunan dan persatuan. Tidak ada contoh yang paling pas selain yang dicontohkan oleh Sayyidina Hasan, Khalifah kelima dalam sejarah Islam. Cucu Nabi, yang diriwayatkan wajahnya amat mirip Datuknya ini, menjadi khalifah setelah ayahnya, Ali bin Abi Thalib, meninggal dibunuh. Bagaimana kisahnya? Mari simak penuturan Imam al-Thabari dan Imam al-Suyuthi dalam kitab Tarikh mereka masing-masing.
Pada 17 Mei tahun 660 Sayyidina Hasan dibai’at sebagai Khalifah kelima. Qais bin Sa’ad, panglima perang pasukan Ali bin Abi Thalib, adalah orang pertama yang memba’iat Hasan sebagai Khalifah, kemudian diikuti oleh penduduk Kufah. Begitulah tren saat itu, khalifah dibai’at secara personal dan kemudian diikuti oleh bai’at berjamaah di masjid. Tidak ada pemilihan umum. Tidak ada pula pembatasan periode jabatan. Itu sebabnya dalam sejarah khilafah intrik-intrik kekuasaan selalu terjadi.
Selengkapnya kolom Jum’at Nadirsyah Hosen bisa dibaca di http://geotimes.co.id/belajar-politik-moral-dari-khalifah-…/