Ada muallaf Cina baru masuk Islam. Datang ke Masjid buat shalat Maghrib. Kebetulan yang jadi Imam Shalat sore itu adalah Ustad Chalid.
Ustad Chalid ini terkenal sebagai hafizh (yang hafal Qur’an 30 juz). Baozhai, nama muallaf itu, memberanikan diri mendekati Ustad Chalid.
“Maaf, Pak Ustad, nanti shalat maghribnya baca surat apa yah?”
“Insya Allah saya akan bacakan surat al-Baqarah,” jawab ustad Chalid mantap.
“Kalau boleh tahu arti al-Baqarah apa yah?” tanya Baozhai.
“Sapi betina”, jawab Ustad Chalid sambil melangkah ke dalam masjid.
Dan benar saja, pada rakaat pertama Ustad Chalid membaca 30 ayat pertama surat al-Baqarah. Baozhai capek berdiri lama. Pada rakaat kedua, Baozhai lebih lama lagi berdiri karena ustad Chalid membaca 50 ayat berikutnya.
Baozhai pulang dengan kaki yang pegal. Istrinya mengurut kaki suaminya sambil berusaha menyabarkan.
Keesokan harinya, Baozhai memberanikan diri shalat lagi ke Masjid. Di pintu Masjid dia berpapasan dengan ustad Chalid. Langsung Baozhai bertanya:
“Maaf Pak Ustad. Nanti baca al-Baqarah lagi?”
“Oh enggak, saya baca surat al-Fil saja” jawab Ustad Chalid sambil tersenyum. Rupanya sudah sampai kabar ke telinganya kalau Baozhai komplen kemarin.
“Maaf arti surat al-Fil itu apa yah” tanya Baozhai.
“Gajah,” jawab Ustad Chalid singkat, dan beliau segera pergi ke tempat wudhu.
Baozhai langsung pulang gak jadi shalat berjama’ah di masjid. Dalam hatinya dia berkata: “Kemarin baca al-Baqarah yang artinya sapi betina saja lama banget berdiri shalatnya, apalagi sekarang mau baca surat a-fil yang artinya gajah. Gajah lebih gede lagi dari sekedar sapi betina. Bakal gempor kaki gue. Shalat di rumah aja deh….”
hehehehe
***
Begitulah, kawan….
bukan saja anekdot di atas menjelaskan bagaimana seorang imam –tidak peduli betapa alimnya dia– tetap harus memperhatikan kondisi jamaahnya. Muadz bin Jabal juga pernah ditegur Nabi Muhammad SAW ketika memimpin shalat dengan bacaan yang terlalu panjang.
Di sisi lain, kisah rekaan di atas, juga menyiratkan bahwa memahami al-Qur’an dengan hanya memahami terjemah, apalagi hanya terjemah nama suratnya, akan membuat kita salah paham. Ini belum bicara kandungan suratnya yah.
Berikut nama surat dalam al-Qur’an yang diambil dari nama-nama binatang lengkap dengan jumlah ayatnya.
al-Baqarah (sapi betina): 286 ayat
al-An’am (binatang ternak) 165 ayat
al-Nahl (lebah): 128 ayat
al-Naml (semut): 93 ayat
al-Ankabut (laba-laba): 69 ayat
al-Fil (gajah): 5 ayat
Jadi, besar-kecilnya fisik binatang tidak menggambarkan berapa banyak jumlah ayat 🙂 Coba semut sama gajah banyakan mana ayatnya?
Satu lagi, sebelum diprotes: ada beberapa cara penulisan huruf Arab ke huruf latin. Ada yang model transkripsi dan ada yang namanya transliterasi. Transkripsi berdasarkan bunyi huruf, sedangkan transliterasi berdasarkan hurufnya. Dan model transliterasi juga beraneka ragam. Yang biasa saya pakai di dunia akademik itu transliterasi dengan menulis al-Nahl, bukan an-Nahl; al-Naml bukan an-Naml.
Maklum pernah ada sumbu pendek yang marah-marah ke saya: “kiai goblok! gimana mau menafsirkan ayat, menulis nama surat saja salah!!!”
Duh….yang marah-marah begini jadinya lebih lucu lagi daripada si Baozhai 🙂
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama dan Dosen Senior Monash Law School